18 November, 2009

PELAYANAN GAWAT DARURAT

Standar 1. Falsafah dan Tujuan
Instalasi / Unit Gawat Darurat dapat memberikan pelayanan gawat darurat kepada masyarakat yang menderita penyakit akut fan mengalami kecelakaan, sesuai dengan standar.
Kriteria :
1.Rumah Sakit menyelenggarakan pelayanan gawat darurat secara terus menerus selama 24 jam, 7 hari dalam seminggu;
2.Ada instalasi / unit Gawat Darurat yang tidak terpisah secara fungsional dari unit-unit pelayanan lainnya di rumah sakit;
3.Ada kebijakan / peraturan / prosedur tertulis tentang pasien yang tidak tergolong akut gawat akan tetapi datang untuk berobat di Instalasi / Unit Gawat Darurat;
4.Adanya evaluasi tentang fungsi instalasi / Unit Gawat Darurat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat;
5.Penelitian dan pendidikan akan berhubungan dengan fungsi instalasi / Unit Gawat Darurat dan kesehatan masyrakat harus diselenggarakan.


Standar 2. Administrasi dan Pengelolaan
Instalasi / Unit Gawat Darurat harus dikelola dan diintegrasikan dengan Instalasi / Unit Lainnya di Rumah Sakit.
Kriteria :
1. Ada dokter terlatih sebagai kepala Instalasi / Unit Gawat Darurat yang bertanggungjawab atas pelayanan di Instalasi / Unit Gawat Darurat.
2. Ada Perawat sebagai penganggungjawab pelayanan keperawatan gawat darurat.
3. Semua tenaga dokter dan keperawatan mampu melakukan teknik pertolongan hidup dasar (Basic Life Support).
4. Ada program penanggulangan korban massal, bencana (disaster plan) terhadap kejadian di dalam rumah sakit ataupun di luar rumah sakit.
5. Semua staf / pegawai harus menyadari dan mengetahui kebijakan dan tujuan dari unit.
Pengertian :
Meliputi kesadaran sopan santun, keleluasaan pribadi (privacy), waktu tunggu, bahasa, pebedaan, rasial / suku, kepentingan konsultasi dan bantuan sosial serta bantuan keagamaan.
6. Ada ketentuan tertulis tentang manajemen informasi medis (prosedur) rekam medik.
7. Semua pasien yang masuk harus melalui Triase.
Pengertian :
Bila perlu triase dilakukan sebelum indentifikasi. Triase harus dilakukan oleh dokter atau perawat senior yang berijazah / berpengalaman. Triase sangat penting untuk penilaian kegawat daruratan pasien dan pemberian pertolongan / terapi sesuai dengan derajat kegawatdaruratan yang dihadapi. Petugas triase juga bertanggungjawab dalam organisasi dan pengawasan penerimaan pasien dan daerah ruang tunggu.
2.8. Rumah Sakit hanya dapat memberi pelayanan terbatas pada pasien gawat darurat harus dapat mengatur untuk rujukan ke rumah sakit lainnya.

Kriteria :
a.Ada ketentuan tertulis indikasi tentang pasien yang dirujuk ke rumah sakit lainnya.
b.Ada ketentuan tertulis tentang pendamping pasien yang di transportasi.

9. Pasien dengan kegawatan yang mengancam nyawa harus selalu diobservasi dan dipantau oleh tenaga terampil dan mampu.
Pengertian :
Pemantauan terus dilakukan sewaktu transportasi ke bagian lain dari rumah sakit atau rumah sakit yang satu ke rumah sakit yang lainnya dan pasien harus didampingi oleh tenaga yang terampil dan mampu memberikan pertolongan bila timbul kesulitan. Umumnya pendamping seorang dokter.
10. Tenaga cadangan untuk unit harus diatur dan disesuaikan dengan kebutuhan.
Kriteria :
a.Ada jdwal jaga harian bagi konsulen, dokter dan perawat serta petugas non medis yang bertugas di UGD.
b.Pelayanan radiologi, hematologi, kimia, mikrobiologi dan patologi harus diorganisir / diatur sesuai kemampuan pelayanan rumah sakit.
c.Ada pelayanan transfusi darah selama 2 jam.
d.Ada ketentuan tentang pengadaan peralatan obat-obatan life saving, cairan infus sesuai dengan stándar dalam Buku Pedoman Pelayanan Gawat Darurat Depkes yang berlaku.

11. Pasien yang dipulangkan harus mendapat petunjuk dan penerangan yang jelas mengenai penyakit dan pengobatan selanjutnya.
12. Rekam Medik harus disediakan untuk setiap kunjungan.
Pengertian :
Sistem yang optimum adalah bila rekam medik unit gawat darurat menyatu dengan rekam medik rumah sakit. Rekam medik harus dapat melayani selama 24 jam. Bila hal ini tidak dapat diselenggarakan setiap pasien harus dibuatkan rekam medik sendiri. Rekam medik untuk pasien minimal harus mencantumkan :
a.Tanggal dan waktu datang.
b.Catatan penemuan klinik, laboratorium, dan radiologik.
c.Pengobatan dan tindakan yang jelas dan tepat serta waktu keluar dari unit gawat darurat.
d.Identitas dan tanda tangan dari dokter yang menangani.

13. Ada bagan / struktur organisasi tertulis disertai uraian tugas semua petugas lengkap dan sudah dilaksanakan dengan baik.

Standar 3. Staf dan Pimpinan
Instalasi / Unit Gawat Darurat harus dipimpin oleh dokter, dibantu oleh tenaga medis keperawatan dan tenaga lainnya yang telah mendapat pelatihan penanggulangan gawat darurat (PPGD).
Kriteria :
1. Jumlah, jenis dan kualifikasi tenaga yang tersedia di Instalasi / Unit Gawat Darurat harus sesuai dengan kebutuhan pelayanan.
2. Unit harus mempunyai bagan oranisasi (organ gram) yang dapat menunjukkan hubungan antara staf medis, keperawatan, dan penunjang medis serta garis otoritas, dan tanggung jawab.
3. Instalasi / Unit Gawat Darurat harus ada bukti tertulis tentang pertemuan staf yang dilakukan secara tetap dan teratur membahas masalah pelayanan gawat dan langkah pemecahannya.
4. Rincian tugas tertulis sejak penugasan harus selalu ada bagi tiap petugas.
5. Pada saat mulai diterima sebagai tenaga kerja harus selalu ada bagi tiap petugas.
6. Harus ada program penilaian untuk kerja sebagai umpan balik untuk seluruh staf No. Telp. petugas.
7. Harus ada daftar petugas, alamat dan nomor telephone.

Standar 4. Fasilitas dan Peralatan
Fasilitas yang disediakan di instalaasi / unit gawat darurat harus menjamin efektivitas dan efisiensi bagi pelayanan gawat darurat dalam waktu 24 jam, 7 hari seminggu secara terus menerus.
Kriteria :
1. Di Instalasi gawat darurat harus ada petunjuk dan informasi yang jelas bagi masyarakat sehingga menjamin adanya kemudahan, kelancaran dan ketertiban dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
a. Letak unit / instalasi harus diberi petunjuk jelas sehingga dapat dilihat dari jalan di dalam maupun di luar rumah sakit.
b. Ada kemudahan bagi kendaraan roda empat dari luar untuk mencapai lokasi instalasi / UGD di rumah sakit, dan kemudahan transportasi pasien dari dan ke UGD dari arah dalam rumah sakit.
c. Ada pemisahan tempat pemeriksaan dan tindakan sesuai dengan kondisi penyakitnya.
d. Daerah yang tenang agar disediakan untuk keluarga yang berduka atau gelisah.
e. Besarnya rumah sakit menentukan perlu tidaknya :
1) ruang penyimpanan alat steril, obat cairan infus, alat kedokteran serta ruang penyimpanan lain.
2) Ruang kantor untuk kepala staf, perawat, dan lain-lain.
3) Ruang pembersihan dan ruang pembuangan.
4) Ruang rapat dan ruang istirahat.
5) Kamar mandi.
f. Ada sistem komunikasi untuk menjamin kelancaran hubungan antara unit gawat darurat dengan :
1) unit lain di dalam dan di luar rumah sakit terkait.
2) RS dan sarana kesehatan lainnya.
3) Pelayanan ambulan.
4) Unit pemadam kebakaran.
5) Konsulen SMF di UGD.

2. Harus ada pelayanan radiologi yang di organisasi dengan baik serta lokasinya berdekatan dengan unit gawat darurat.
Pengertian :
Pelayanan radiologi haarus dapat dilakukan di luar jam kerja. Pelayanan radiologi sangat penting dan dalam unit yang besar harus terletak di dalam unit. Harus tersedia untuk membaca foto untuk akomodasi staf radiologi.

3. Tersedianya alat dan obat untuk Life Saving sesuai dengan standar pada Buku Pedoman Pelayanan Gawat Darurat yang berlaku.

Standar 5. Kebijakan dan Prosedur
Harus ada kebijakan dan prosedur pelaksanaan tertulis di unit yang selalu ditinjau dan disempurnakan (bila perlu) dan mudah dilihat oleh seluruh petugas.
Kriteria :
1. Ada petunjuk tertulis / SOP untuk menangani :
- kasus perkosaan
- kasus keracunan massal
- asuransi kecelakaan
- kasus dengan korban massal
- kasus lima besar gawat darurat murni (true emergency) sesuai dengan data morbiditas instalasi / unit gawat darurat
- kasus kegawatan di ruang rawat
2. Ada prosedur media tertulis yang antara lain berisi :
- tanggungjawab dokter
- batasan tindakan medis
- protokolmedis untuk kasus-kasus tertentu yang mengancam jiwa
3. Ada prosedur tetap mengenai penggunaan obat dan alat untuk life saving sesuai dengan standar.
4. Ada kebijakan dan prosedur tertulis tentang ibu dalam proses persalinan normal maupun tidak normal.

Standar 6. Pengembangan Staf dan Program Pendidikan
Instalasi / Unit Gawat Darurat dapat dimanfaatkan untuk pendidikan dan pelatihan (in service training) dan pendidikan berkelanjutan bagi petugas.
Kriteria :
1.Ada program orientasi / pelatihan bagi petugas baru yang bekerja di unit gawat darurat.
2. Ada program tertulis tiap tahun tentang peningkatan ketrampilan bagi tenaga di Instalasi / Unit Gawat Darurat.
3. Ada latihan secara teratur bagi petugas Instalasi / Unit Gawat Darurat dalam keadaan menghadapi berbagai bencana (disaster).
4. Ada program tertulis setiap tahun bagi peningkatan ketrampilan dalam bidang gawat darurat untuk pegawai rumah sakit dan masyarakat.

Standar 7. Evaluasi dan Pengendalian Mutu
Ada upaya secara terus menerus menilai kemampuan dan hasil pelayanan instalasi / unit gawat darurat.
Kriteria :
1. Ada data dan informasi mengenai :
- jumlah kunjungan
- kecepatan pelayanan (respon time)
- pola penyakit / kecelakaan (10 terbanyak)
- angka kematian
2. Instalasi / Unit Gawat Darurat harus menyelenggarakan evaluasi terhadap pelayanan kasus gawat darurat sedikitnya satun kali dalam setahun.
3. Instalasi / Unit Gawat Darurat harus menyelenggarakan evaluasi terhadap kasus-kasus tertentu sedikitnya satu kali dalam setahun.

(sumber : Standar Pelayanan Rumah Sakit, Direktorat Rumah Sakit Umum dan Pendidikan, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Depkes, 1999, Edisi Ke-II, Cetakan Kelima)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar